Cari Artikel Disini

Senin, 13 Februari 2012

Menetralisir Pengaruh Makam - Pisang Owol

Seorang teman mengembangkan proyek kecil seluas 7000 m2 di pinggiran Kota Solo dengan jumlah rumah 42 unit saja. Yang 30 unit sudah terjual, dan sisa 12 unit belum terjual. Kebetulan menjelang Tahun Baru 2010 saya mampir ke kantor dia untuk ditraktir minum Susu Segar dan Pisang Owol.

Usai makan, dia menggelar gambar siteplan di meja, lalu bercerita; 30 unit diserap pasar dalam waktu 6 bulan, tapi sisa 12 unit ini kok dalam 1 bulan terakhir tak ada yang berminat. Dia menunjukkan ada 1 ruas jalan dengan 6 unit kavling di sisi kanan dan 6 unit kavling di sisi kiri yang belum terjual. What’s wrong? Rupanya dibalik tembok ujung jalan ada kuburan kecil. Makam keluarga yang masih terawat dengan baik. Kemungkinan konsumen takut karena angker.

Saya minta diantar ke lokasi. Infrastruktur sudah dibuat, jalan paving rapi, gorong-gorong tertutup, kansteen dan berm jalan dengan pohon angsana nan rindang. Nampak rapi dan bersih. Tapi tak cukup menarik hati konsumen karena merasa angker. Walau tertutup tembok panel beton setinggi 2 meter, tapi ranting-ranting kamboja di balik tembok membuat konsumen tahu bahwa itu adalah sebuah makam.

Kemudian saya mengusulkan seperti ini;

Tolong dibangun 1 unit rumah di ujung sisi kanan, dan 1 unit rumah di ujung sisi kiri. Tepatnya yang paling mepet kuburan. Tak perlu bangunan besar. Jika disitu rencana T-45, cukup dibangun saja T-30. Feeling saya 2 bangunan itu tetap akan terjual diakhir proyek dengan sedikit tambahan diskon.

Pokoknya timbulkan kesan bahwa kavling yang tersedia bukan mepet langsung kuburan. Tanami sisi pagar dengan pohon bambu kuning berjarak rapat, dengan ketinggian yang bisa menutupi ranting-ranting kamboja yang hanya kisaran 1 meter diatas pagar keliling. Adanya bangunan juga menciptakan atmosfir berbau manusia di lingkungan tersebut. Mengalahkan dominasi atmosfir angker yang berasal dari kuburan. Menetralisir pengaruh makam.

Ketika di bulan April teman saya tersebut berkunjung ke Semarang membawakan Pisang Owol kesukaan saya, dia bercerita bahwa 3 bulan sejak usulan saya dia jalankan, sisa 12 unit sudah terjual habis. Bahkan 2 rumah yang mepet kuburan persis berhasil dia jual dengan harga normal tanpa ekstra diskon.

Coy, saranmu tempo hari itu namanya jurus apa? Tanya dia pada saya.
Terserah dirimu kasih nama deh .. Jurus Pisang Owol boleh, Jurus Lupa Lupa Ingat juga boleh. Nama jurus tidak penting. Yang penting daganganmu laku …., kata saya sambil menyantap Pisang Owol. Mau???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar